Sabtu, 12 November 2011

BERHATI - HATILAH MENJALANI HIDUP..KARENA MEREKA BUKAN KAMU

Berhati Hatilah Menjalani Hidup,
Karena Mereka Bukan Kamu

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu
masih menyala hijau. Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia
tahu perempatan di situ cukup padat sehingga
lampu merah biasanya menyala cukup lama.

Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu
berganti kuning. Hati Jack berdebar berharap
semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja.

"Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak
rem mendadak," pikirnya sambil terus melaju.
Prit!!!...
Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jack menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing.

Hey, itu khan Bob, teman mainnya semasa SMA
dulu . Hati Jack agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.

"Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!"
"Hai, Jack." Tanpa senyum.
"Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya
memang agak buru-buru. Istri saya sedang
menunggu di rumah."

"Oh ya?" Tampaknya Bob agak ragu.
Nah, bagus kalau begitu. "Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong."

"Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering
memperhatikanmu melintasi lampu merah di
persimpangan ini."
O-o, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jack
harus ganti strategi.
"Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku
tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat
lampu kuning masih menyala." Aha, terkadang
berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.

"Ayo dong Jack. Kami melihatnya dengan jelas.
Tolong keluarkan SIM mu."

Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu masuk ke
dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya.
Sementara Bob menulis sesuatu di buku tilangnya.
Beberapa saat kemudian Bob mengetuk kaca
jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang.

Tanpa berkata-kata Bob kembali ke posnya.
Jack mengambil surat tilang yang diselipkan Bob di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bob.

"Halo Jack, Tahukah kamu Jack, aku dulu
mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, Ia
sudah meninggal tertabrak pengemudi yang
ngebut menerobos lampu merah."

Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan.
Begitu bebas ia bisa bertemu dan memeluk
ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-
satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha
dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai
seorang anak agar dapat kami peluk.

Ribuan kali kami mencoba memaafkan
pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali
ini. Maafkan aku Jack. Doakan agar permohonan
kami terkabulkan. Berhati-hatilah. dari Bob.
Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan
mencari Bob. Namun, Bob sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.

Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka dia atau mereka.

Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan
penuh hati-hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar